Ada kabar baik dari teman yang baru pulang jalan-jalan dari Jepang.
“Ichiran sekarang ada yang halal!”
Ingin ku bersujud syukur atas berita bahagia ini.

Untuk orang-orang yang suka ramen, pasti tahu Ichiran adalah salah satu ramen enak di Jepang. Tapi dulu belum punya cabang restoran dengan label halal, jadi selama di Jepang juga saya ngga berani makan Ichiran. Tapi kalau dipikir lagi sia-sia juga sih. Saya ngga makan Ichiran tapi makan ramen juga di kantin kampus dan di restoran Cina yang biasanya saya datangi sama satu teman Taiwan. Ya bukan ramen babi sih yang dimakan karea saya selalu pesan ramen ayam, ramen sapi atau ramen sayur. Tapi ngga tahu minyaknya gimana. Ya dilahap aja….

Berbeda sama dulu sepertinya sekarang banyak makanan dan restoran berlabel halal di Tokyo. Hmm dulu juga mungkin sudah ada, hanya saya aja yang malas mencari. Prinsip saya adalah: saya ngga makan makanan yang terang-terangan bertuliskan babi. Kalau ngga ketulis ya saya makan. Gitu.

Tapi sepertinya sempat ada beberapa kecelakaan yang terjadi sih.

Waktu baru beberapa hari tinggal di sana, saya belum bisa masak karena belum tahu di mana letak supermarket dan ngga bisa belanja. Jadi masih mengandalkan mie instan dan bento konbini. Lalu pada suatu sore menjelang malam yang katanya musim semi tapi dingiiiiiiin banget, dengan ingusan, perut keroncongan, pake piyama yang dibalut long coat, saya keluar asrama menuju family mart. Kemudian beli Nissin Cup Noodle rasa kare. Tanpa melihat komposisi yang terkandung di dalamnya, saya langsung bawa ke kasir, bayar, pulang ke asrama, seduh lalu makan sampai habis.

Berapa hari kemudian saya balik lagi ke family mart depan kampus berniat ingin beli Nissin Cup Noodle itu lagi. Tapi karena hari itu ngga super lapar, saya jadi punya waktu untuk membaca komposisi si Nissin Cup Noodle rasa kare itu. Yang ternyata. Mengandung. Babi.

Apa boleh buat…
Nasi sudah menjadi bubur
Bubur babi
Memang kita sebagai manusia harusnya lebih teliti lagi dan tidak gegabah!
Semoga Tuhan memaafkan kelalaianku..

Masalah perbabian ini masih berlanjut,
tentu karena kebodohan sendiri.

Tempat kejadian perkara berikutnya berlokasi di mcd deket kampus. Hari minggu, sore hari.

Karena bangun tidur udah jam tiga sore, perut lapar tapi malas masak akhirnya jalan kaki ke mcd. Memesan paket burger teriyaki, kentang goreng dan cola. Dengan jumawa membawa nampan ke tempat duduk, melahap satu kentang goreng tanpa saus sambal kemudian membuka bungkus burger teriyaki.
Sebuah bungkus yang dengan cantiknya dihiasi gambar seekor hewan bulat yang kalau dalam bahasa Jepang disebut “buta”.
Benar sekali.
Itu adalah burger teriyaki babi, kawan-kawan!
Kenapa sih ngga ditulis pork teriyaki aja gitu dari awal di menu?!

Selama beberapa menit akhirnya terjadi sebuah konflik batin. Paket burger+kentang+cola ini harganya lumayan buat anak rantau. Lalu si anak rantau ini berada dalam kondisi baru bangun tidur, lapar sampai mau mati dan tinggal di daerah Hiro yang restoran lainnya memiliki harga yang lebih mahal lagi..

Haruskah kita nekat dan lahap saja burger babi itu?
Namun memakan babi dilarang oleh agama!
Namun aku lapar dan sudah keluar uang banyak, mungkin Tuhan akan maklum..
Namun!

Ya, akhirnya walaupun iman saya setipis kapas dibelah tujuh akhirnya saya memutuskan untuk hanya makan kentang goreng dan minum cola. Burger babinya mau ngga mau ya dibuang saja karena ngga tau lagi mau diapakan.

Tapi masalah perbabian ini ngga melulu soal kebodohan sih. Waktu itu saya makan di restoran Cina milik mertua bernama Keikarou yang ada di Chiba. Kebetulan menu set makan siang saat itu lauknya daging tumis babi. Karena set makan siang adalah menu yang termurah dan bikin kenyang, saya coba bilang ke pelayannya kalau saya ngga bisa makan daging babi, jadi bisa ngga diganti daging sapi. Lalu ternyata bisa! Jadi mungkin trik bertanya sebelum makan ini patut untuk dicoba di lain waktu.

Semakin menjamurnya makanan halal di Jepang tentu saja menjadi kabar sangat baik ya. Agar di kemudian hari tidak ada manusia-manusia labil dengan iman tipis yang tergoda makan babi karena sudah terlanjur pesan.


Leave a comment